Lhoksukon — Pemadaman listrik besar-besaran melanda Aceh Utara sejak Senin sore, 29 September hingga Selasa, 30 September 2025. Aktivitas pemerintahan di Kabupaten Aceh Utara lumpuh karena perkantoran tidak dapat beroperasi. Sejumlah Aparatur Sipil Negara (ASN) memilih meninggalkan kantor, sementara aktivitas masyarakat juga terganggu: pasar tradisional gelap, layanan perbankan tersendat, hingga rumah sakit terpaksa mengandalkan genset darurat.
Memunculkan dugaan adanya kaitan dengan ketegangan politik antarwilayah. Nama Gubernur Sumatera Utara, Boby Nasution, kembali mencuat setelah sebelumnya ia mengeluarkan kebijakan kontroversial yang membatasi truk berpelat Aceh masuk ke wilayah Sumut.
Sejumlah warga menduga pemadaman listrik kali ini tak sekadar gangguan teknis. “Seperti ada tekanan politik. Kalau hanya gangguan biasa, biasanya tidak serentak sampai segelap ini,” ujar Hasan, seorang pedagang ikan asin di Kecamatan Samudera.
Isu Listrik sebagai Senjata Tekanan
Selama ini, sebagian besar pasokan listrik Aceh Utara memang masih bergantung pada jaringan interkoneksi Sumatera. Pemadaman mendadak di daerah itu dinilai sarat pesan politik, apalagi muncul bersamaan dengan memanasnya hubungan antara Aceh dan Sumut.
Salah satu Warga Aceh Utara Safannur, menilai blackout ini bisa dibaca sebagai sinyal ketidakharmonisan antarprovinsi. “Sulit dipisahkan dari dinamika politik. Apalagi, Boby sebelumnya cukup keras soal truk Aceh berplat BL yang dilarang masuk ke Medan”. ucapan Ampon Maknu yang sedang menikmati kopi di sudut Kota Lhokseumawe.
PLN Bungkam, Publik Gelisah
Hingga berita ini diturunkan, pihak PLN Wilayah Aceh belum mengeluarkan keterangan resmi mengenai penyebab gangguan. Sementara Pemerintah Kabupaten Aceh Utara hanya bisa meminta warga tenang dan menunggu kejelasan dari pusat.
Di media sosial, tagar #AcehGelap dan ListrikAceh ramai digunakan warganet. Banyak yang menyindir blackout ini sebagai “politik balas dendam energi”.
Meski belum ada bukti langsung bahwa Boby Nasution terlibat dalam pemadaman, spekulasi publik terus berkembang. “Kalau memang murni teknis, PLN seharusnya bisa jelaskan dengan transparan,” ujar Ampon Maknu
Hubungan Memanas
Pemadaman listrik ini menambah daftar panjang ketegangan Aceh-Sumut. Sebelumnya, larangan melintas bagi truk Aceh berpelat BL di wilayah Sumut menuai protes keras dari pengusaha logistik dan masyarakat. Kini, blackout Aceh Utara memperdalam rasa ketidakpastian.
“Kalau listrik dijadikan alat tekan, dampaknya langsung ke rakyat kecil. Ini berbahaya,” kata Rendi salah satu pengamat politik lokal asal kecamatan Dewantara.
Warga Aceh Utara kini hanya bisa berharap pasokan listrik segera pulih. Namun, di tengah ketidakjelasan informasi, keresahan publik semakin sulit dibendung.
Gubernur Aceh, Muzakir Manaf alias Mualem, memilih merespons dengan kepala dingin terkait viralnya aksi Gubernur Sumatera Utara, Muhammad Bobby Afif Nasution, yang melarang kendaraan berplat BL (Aceh) melintas di wilayah Sumut.
Dalam keterangannya usai Sidang Paripurna pengesahan APBA-P 2025 di DPR Aceh, Senin (29/9/2025), Mualem menegaskan masyarakat Aceh tak perlu gegabah.
Ia menegaskan, Aceh akan tetap tenang menghadapi manuver Bobby Nasution.
“Tanyoe tenang mantong, hana ta kira pih. Ta kira nyan angin berlalu, kicauan burung,” kata Mualem.
(Kita tetap tenang, tidak kita anggap, itu hanya angin lalu, kicauan burung yang justru merugikan dia). [Red]